Selasa, 08 April 2008

Keuntungan Berkebun Jagung


Ini merupakan hamparan kebun jagung di Desa Buana Mekar, Kecamatan Panumbangan, Ciamis, Jawa Barat. Jagung yang ditanam disini jenis P12 pionir, karena menurut penelitian, jagung jenis ini sangat cocok ditanam di daerah ini Penanaman jagung di tempat ini dilakukan dengan pola kemitraan. Harga jual jagung sudah disepakati dengan mitra, sehingga petani dapat memastikan berapa keuntungan yang diperoleh dari setiap jagung yang ditanam. Kebun jagung ini luasnya sekitar 500 hektar yang dikelola oleh kelompok tani. Karena sedang musim hujan, jalan setapak menuju kebun menjadi licin. Sehinga saya harus berjalan ekstra hati-hati. Penanaman jagung disini dilakukan dengan pola kemitraan. Pak Haji Udin bertindak sebagai pemilik lahan dan mitra petani. Harga jual jagung telah disepakati sebelum jagung ditanam, yakni 600 rupiah per kilogram untuk jagung tongkolan, atau 1.700 rupiah per kilogram untuk jagung pipilan.Panen jagung umumnya dilakukan ibu-ibu petani. Karena akan dijadikan jagung pipilan, buah jagung dikupas kelopaknya dan dibiarkan kering saat masih di pohon. Buah yang sudah kering tinggal dipetik dan dikumpulkan. Berkebun jagung harus dilakukan daengan tata cara yang benar. Tanah terlebih dahulu diolah dan diberi pupuk kandang. Setiap hektar lahan menghabiskan sekitar 200 karung pupuk kandang. Setelah itu baru dilakukan penanaman. Pemupukan kemudian dilakukan saat tanaman tumbuh dengan menggunakan pupuk urea. Berkebun jagung disini sangat menguntungkan. Petani dapat menghitung keuntungan yang diperoleh karena harga jualnya sudah ditentukan berdasarkan kontrak sebelum jagung ditanam. Biaya produksi untuk satu hektar lahan sekitar 7 juta rupiah. Setelah ditanam selama 110 hari, setiap hektar lahan akan menghasilkan sekitar 14 juta rupiah. Pemanenan dilakukan secara bertahap. Kebun jagung yang dipanen setiap bulan rata - rata seluas 50 hektar. Setiap hektar menghasilkan sekitar 14 hingga 15 ton jagung tongkolan. Setelah diolah akan diperoleh sekitar 7 ton buah jagung pipilan.Jagung yang telah dipanen dikumpulkan dan dibawa ke tempat penampungan. Ditempat ini jagung dirontokkan dari tongkolnya. Proses perontokan menggunakan mesin. Setelah menjadi jagung pipilan diolah lagi sehingga halus. Kini saya ingin merasakan bagaimana rasanya jagung ini bila dimakan, kebetulan para petani disini sudah menyiapkan jagung yang sudah direbus di pondokan. Rasa jagung ini memang tidak begitu manis, karena memang bukan untuk jagung konsumsi. Namun, jagung ini tetap aman dimakan.Tim Liputan: Asep Syaifullah & Damar Galih (Helmi Azahari)

Tidak ada komentar: